Kubu Raya, 27 November 2025 – Lembaga Amil Zakat (LAZ) Baitul Mal Munzalan Indonesia (BMI) melalui Direksi Pemberdayaan menggelar kegiatan Pengenalan Kawasan Wakaf Produktif dan Pelatihan Anyaman Akar Keladi bersama mahasiswa IAIN Pontianak Program Studi Ekonomi Syariah. Acara yang berlangsung di Kawasan Wakaf Produktif Ibnu Abas, Selat Panjang, Kubu Raya ini dihadiri oleh tim program, tim multimedia, tim partnership, pendamping mustahik, serta puluhan mahasiswa peserta pelatihan.
Kegiatan ini merupakan rangkaian agenda Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ekonomi Syariah yang bertujuan meningkatkan kreativitas, wawasan, serta pengalaman lapangan mahasiswa terkait konsep pemberdayaan ekonomi berbasis wakaf produktif.
Peluang Kolaborasi untuk Penguatan Pemberdayaan
Acara dibuka dengan sambutan dari perwakilan Direksi Pemberdayaan LAZ Baitulmaal Munzalan Indonesia yang memperkenalkan konsep Kawasan Wakaf Produktif sebagai model integrasi antara pembinaan mustahik dan pengembangan usaha mikro. Dalam paparannya, Direkur Pemberdayaan Muhammad Luthfi menjelaskan bagaimana kawasan tersebut dioptimalkan sebagai ruang pemberdayaan ibu-ibu mustahik, termasuk melalui produksi kerajinan anyaman akar keladi.
“Semoga dari pertemuan ini bisa membuka peluang lainnya, termasuk kolaborasi bersama mahasiswa. Kawasan Wakaf Produktif memiliki potensi besar untuk dikembangkan dari sisi kreativitas, pemasaran, hingga inovasi produk,” ujar Direksi dalam sambutannya.
Mahasiswa tampak antusias mengikuti pengenalan kawasan, terlebih karena akses untuk melihat langsung proses pemberdayaan jarang mereka temui di bangku perkuliahan.

Proses Produksi Anyaman Akar Keladi yang Bernilai Ekonomi
Sesi materi disampaikan oleh Ibu Sri Wahyuningsih, pengrajin dan pendamping mustahik yang selama ini membina kelompok anyaman akar keladi. Ia menjelaskan secara rinci proses pengolahan hingga penganyaman bahan dasar yang seluruhnya dilakukan secara manual.
Beberapa poin materi yang dibahas:
- Akar keladi berasal dari kawasan rawa dan hutan.
- Proses awal meliputi pemisahan akar dari batang, pengupasan atau penumbukan untuk mengambil inti akar, lalu proses pengeringan.
- Semua tahap produksi dikerjakan dengan tangan, tanpa mesin.
- Produk anyaman telah dipasarkan ke berbagai hotel di Pontianak, termasuk Hotel Mercure dan area bandara.
- Produk kerajinan pernah ditampilkan dalam sebuah acara yang dihadiri Menteri UMKM, Pak Maman.
Dalam sesi tersebut, Ibu Sri juga memperagakan teknik dasar penganyaman dan menyampaikan apresiasi atas kehadiran mahasiswa.
“Terima kasih atas antusiasme mahasiswa IAIN. Semoga ilmu yang dipraktikkan hari ini bisa menjadi pengalaman berharga,” ujarnya.

Antusias Belajar dan Kagum dengan Kerajinan Unik
Nabila, Ketua HMPS Ekonomi Syariah IAIN, menyampaikan alasan dipilihnya kawasan ini sebagai lokasi kunjungan dan pelatihan.
“Kawasan wakaf produktif ini sengaja saya pilih karena selama ini saya jarang sekali menemukan kerajinan seperti anyaman akar keladi. Biasanya hanya anyaman biasa. Ini membuat teman-teman penasaran dengan proses dan sumber pembuatannya,” ungkapnya.
Suasana pelatihan berlangsung semangat dan ramai, dipenuhi interaksi antara mahasiswa dan ibu-ibu mustahik yang memberikan pendampingan.
Baca Juga : Program Mustahik Mengaji
Praktik Menganyam: Pengalaman Langsung dari Pelaku UMKM Mustahik
Setelah penyampaian materi, kegiatan dilanjutkan dengan praktik langsung. Mahasiswa menerima satu ikat akar keladi kering dan dibimbing oleh para mustahik yang telah berpengalaman.
Dalam sesi ini, mahasiswa mempelajari:
- Teknik dasar menganyam
- Cara membentuk pola sederhana
- Proses produksi dari hulu ke hilir
- Peluang usaha dan pemasaran kerajinan akar keladi
Aktivitas berlangsung selama beberapa jam dan memberikan gambaran nyata tentang proses pemberdayaan berbasis keterampilan lokal.
Kegiatan ditutup dengan ucapan terima kasih dari panitia dan pihak pendamping mustahik. Direksi berharap kegiatan ini membuka peluang kolaborasi yang lebih luas antara Munzalan dan dunia akademik, termasuk dalam inovasi pemasaran dan pengembangan usaha berbasis wakaf produktif.
“Harapannya ke depan dapat terbangun kolaborasi dalam berbagai aspek, termasuk marketing dan pengembangan produk agar pemberdayaan mustahik semakin berdampak,” ujar perwakilan Direksi.
Acara kemudian ditutup dengan sesi foto bersama yang melibatkan seluruh peserta, narasumber, direksi, serta ibu-ibu mustahik pendamping.





