Menyusun target Ramadhan bukan hanya sekadar membuat daftar ibadah, tetapi tentang mempersiapkan diri secara sadar agar Ramadhan tidak berlalu begitu saja tanpa arah dan makna. Mungkin sebagian dari kita sempat bertanya pada diri sendiri. “Kira-kira Ramadhan tahun ini mau seperti apa, ya?” Pertanyaan sederhana ini biasanya berujung pada menyusun daftar target ibadah yang panjang. Sayangnya tidak sedikit dari target tersebut justru berhenti di pertengahan jalan karena tidak disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi pribadi.
Maka dari itu, agar Ramadhan 2026 bisa menjadi bulan untuk memperbaiki diri kunci utamanya adalah menyusun target Ramadhan secara realistis. Harapannya, agar target tersebut tidak hanya dikerjakan selama Ramadhan saja tapi juga di bulan berikutnya setelah Ramadhan.
Mengapa target Ramadhan perlu disusun sejak awal?
Islam adalah agama yang mengajarkan untuk membuat perencanaan, termasuk dalam urusan ibadah. Allah berfirman dalam QS. Al-Hasyr: 18
Arab:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ١٨
Latin:
yaa ayyuhalladziina aamanuttaqullaaha waltandhur nafsum maa qaddamat lighad, wattaqullaah, innallaaha khabiirum bimaa ta‘maluun
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Ayat ini menjelaskan pentingnya merencanakan aktivitas untuk besok hari, termasuk dalam menyambut Ramadhan. Menyusun target Ramadhan bukan berarti membebani diri, melainkan membantu kita lebih fokus dan sadar dalam beribadah.
Dengan target Ramadhan yang disusun secara baik akan membantu kita dalam memprioritaskan ibadah, mengorbankan waktu dan tenaga agar tidak terbuang sia-sia dan menjadi pengingat diri ketika semangat menurun.
Memahami kondisi diri sebelum menentukan target
Penting bagi kita untuk memahami kondisi ibadah secara jujur. Sebab setiap orang memiliki latar belakang lingkungan dan kebiasaan ibadah yang berbeda-beda. Misalnya saja, ada yang terbiasa untuk membaca Al-Qur’an satu juz dalam satu hari, ada juga yang terbiasa membaca al-qur’an 2 lembar dalam satu hari. Tentu kedua orang tersebut memiliki target ibadah yang berbeda. Nah, dibawah ini ada beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan sebelum menentukan target Ramadhan.
- Kondisi fisik dan kesehatan, target ibadah seseorang yang memiliki badan sehat tentu akan berbeda dengan yang sering sakit
- Jam kerja atau aktivitas harian, tentukan berapa jam untuk kerja utama dan berapa jam untuk fokus ibadah.
- Kebiasaan ibadah selama sebelum Ramadhan
Menyusun target Ramadhan berdasarkan skala prioritas
Agar target Ramadhan lebih terarah, susunlah berdasarkan skala prioritas. Fokus pada ibadah utama yang benar-benar ingin kita perbaiki.
- Ibadah wajib, menjaga kualitas sholat dengan memahami makna dari setiap bacaan sholat dan menjaga puasa Ramadhan dengan baik serta berusaha untuk tidak meninggalkan sahur.
- Ibadah utama selama Ramadhan, membaca al-qur’an dan terjemahannya 5 halaman per hari dan berusaha untuk menjaga sholat tarawih sampai Ramadhan selesai.
- Ibadah pendukung, infaq subuh setiap hari serta dzikir al-ma’tsurat pagi dan petang.
- Memperbaiki akhlak dan kebiasaan, misalnya dengan menjaga lisan, mengontrol emosi, dan menjaga sopan santun kepada sesama.
Hindari target Ramadhan yang berlebihan, misalnya jika kamu terbiasa membaca al-quran 5 halaman setiap hari maka bisa ditargetkan 8 halaman per hari. Jika sudah mulai terbiasa maka kamu bisa menambah targetnya lagi.
Sebab target yang terlalu tinggi, seringnya membuat seseorang cepat lelah secara fisik dan mental, merasa bersalah ketika target tidak tercapai, kehilangan motivasi di pertengahan Ramadhan, bahkan menganggap diri gagal dan tidak layak menjadi pribadi yang lebih baik.
Hal penting yang perlu kita ingat ialah, target yang sederhana dan konsisten itu lebih baik daripada, target yang besar tapi hanya mampu bertahan di minggu pertama Ramadhan saja.
Baca Juga: Mengganti Hutang Puasa
Panduan praktis menyusun target Ramadhan secara realistis
Agar target Ramadhan dapat dijalankan secara konsisten, berikut beberapa panduan praktis yang bisa kamu lakukan:
- Mulai dari amalan yang sudah terbiasa
Saat menyusun target Ramadhan, mulailah dari kebiasaan baik yang sudah sering dilakukan. Dengan cara ini membuat ibadah terasa lebih ringan dan tidak memberatkan. Ketika sudah terbiasa, in syaa Allah semangat akan lebih terjaga.
- Tetapkan target bertahap
Menetapkan target secara bertahap justru lebih bisa dijalani dengan konsisten daripada langsung menargetkan banyak hal sekaligus. Lebih baik fokus pada amalan yang sedikit lalu meningkatkannya secara perlahan. Sehingga Ramadhan dapat menjadi proses belajar dan memperbaiki diri.
- Fokus pada kualitas ibadah
Ibadah bukanlah soal banyaknya, namun soal kesungguhan dan kekhusyukan. Fokus pada kualitas ibadah berarti berusaha untuk lebih khusyuk. Misalnya dengan memahami bacaan sholat, dan menghadirkan hati saat berdoa. Karena ibadah yang dilakukan secara sadar dan ikhlas akan terasa lebih bermakna.
- Sertakan target untuk memperbaiki akhlak
Ramadhan juga menjadi waktu yang tepat untuk memperbaiki sikap dan akhlak sehari-hari. Misalnya, belajar mengendalikan emosi, menjaga ucapan dari kata-kata kasar dan kotor, serta menjaga adab dengan teman dan orang yang lebih tua.
Terdapat satu hadits yang barangkali dapat memotivasi kita untuk menjaga konsistensi dalam beribadah
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara terus menerus meskipun sedikit”. (HR. Muslim)
Menjadikan Ramadhan 2026 lebih terarah, tenang, dan bermakna
Ramadhan yang sukses bukan diukur dari seberapa banyak target yang dicapai, melainkan seberapa besar perubahan positif yang dirasakan. Kita perlu membuat target Ramadhan yang realistis, karena target yang realistis akan membantu menjalani Ramadhan dengan rasa syukur.
Semoga Ramadhan 2026 menjadi bulan perubahan yang nyata, bukan hanya dalam hal ibadah, tetapi juga dalam akhlak dan kehidupan sehari-hari.





