“Hijrah” Kata yang sering terdengar di kajian, media sosial, hingga percakapan sehari-hari. Banyak orang mengaitkannya dengan perubahan penampilan, perpindahan tempat tinggal, atau bahkan memilih lingkungan baru. Namun, apakah hijrah hanya sebatas itu?
Dalam sejarah Islam, hijrah merujuk pada peristiwa agung saat Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya berpindah dari Makkah ke Madinah. Namun, makna hijrah tidak berhenti di perpindahan geografis semata. Di era modern, hijrah bisa berarti sesuatu yang lebih dalam sebuah perjalanan batin menuju perbaikan diri dan kedekatan kepada Allah SWT.
Makna Hijrah yang Sebenarnya
Secara bahasa, hijrah berarti meninggalkan atau berpindah. Dalam konteks Islam, hijrah adalah meninggalkan sesuatu yang buruk menuju sesuatu yang lebih baik, lebih diridhai oleh Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
“Seorang Muslim adalah orang yang membuat Muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits ini, jelas bahwa hijrah tidak terbatas pada perpindahan tempat. Ia adalah proses meninggalkan dosa, maksiat, dan kebiasaan buruk, berpindah dari gelapnya kelalaian menuju cahaya hidayah.
Hijrah di Era Modern: Bentuk dan Tantangannya
Di zaman sekarang, bentuk hijrah bisa sangat beragam. Ada yang berhijrah dari gaya hidup hedonis menjadi lebih sederhana. Ada pula yang berhijrah dari konten-konten negatif ke konsumsi ilmu dan dakwah. Bahkan ada yang berhijrah dari pergaulan bebas menuju lingkungan yang menumbuhkan iman.
Namun, hijrah di era digital juga memiliki tantangan tersendiri:

- Hijrah dari media sosial toksik yang penuh ghibah, pamer, dan debat sia-sia, menuju konten yang menyejukkan dan bermanfaat.
- Hijrah dari lingkungan pertemanan yang merusak iman ke komunitas yang mengingatkan pada Allah.
- Hijrah dari kemalasan belajar agama ke semangat menuntut ilmu, meski secara online.
Semua ini butuh kesadaran, keberanian, dan tekad karena tantangan utama hijrah hari ini bukan musuh fisik, melainkan zona nyaman.
Langkah Praktis Hijrah di Zaman Sekarang
Hijrah bukan hal yang instan. Berikut beberapa langkah sederhana tapi penting:
- Luruskan niat – Hijrah bukan untuk terlihat baik di mata manusia, tapi agar lebih dekat dengan Allah.
- Perbaiki satu demi satu kebiasaan buruk – Mulai dari meninggalkan maksiat yang terang-terangan, lalu perlahan benahi yang tersembunyi.
- Bangun lingkungan positif – Cari teman, komunitas, atau mentor yang mendorong perubahan ke arah baik.
- Tingkatkan ilmu agama – Ikuti kajian, baca buku, tonton video dakwah, dengarkan podcast Islami.
- Berani menolak ajakan lama – Menjaga diri dari lingkungan atau ajakan yang menarik kita kembali ke masa lalu.
Menjaga Konsistensi dalam Hijrah
Hijrah itu mudah dimulai, namun sulit dijaga. Konsistensi (istiqamah) adalah ujian berikutnya.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Istiqamah lebih berat daripada seribu karamah.”
Mengapa? Karena setelah euforia awal, godaan lama akan datang kembali: ajakan teman, komentar orang, atau lelah dalam proses. Maka penting untuk:
- Selalu berdoa agar dikuatkan
- Tetap terhubung dengan orang-orang baik yang bisa mengingatkan saat futur.
- Ingat bahwa Allah tidak melihat hasil akhir kita, tapi proses perjuangan kita.
Hijrah bukan tentang seberapa jauh kita berubah dalam sekejap, tapi seberapa tekun kita melangkah setiap hari. Bukan soal terlihat “islami” dalam penampilan, tapi apakah hati kita semakin bersih, semakin dekat dengan Allah.
Jangan takut memulai, dan jangan berhenti di tengah jalan.
“Hijrah itu bukan tentang siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling istiqamah.”
Selama kita hidup, selama itu pula kita perlu hijrah dari kealpaan menuju kesadaran, dari dunia menuju akhirat.