Hari Anak Nasional: Saatnya Orang Tua Hijrah dalam Mendidik

Tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional (HAN). Bukan sekadar seremoni, momen ini seharusnya menjadi alarm bagi kita, para orang tua dan pendidik, untuk kembali merenung: sudah sejauh mana kita mendidik anak dengan benar? Sudahkah kita memenuhi hak-hak mereka? Sudahkah kita menjadi teladan yang layak diikuti?

Di tengah derasnya arus modernitas, pergeseran nilai, dan tantangan teknologi, muncul kesadaran baru bahwa bukan hanya anak yang harus “dibentuk”, tetapi juga orang tua yang harus “berhijrah”. Hijrah dari pola asuh lama yang tidak relevan, menuju pola asuh yang Qurani, penuh cinta dan tanggung jawab. Di Hari Anak Nasional ini, inilah saat yang tepat untuk memulai hijrah dalam mendidik.

Anak adalah Amanah, Bukan Proyek Dunia

Islam memandang anak sebagai amanah, bukan sekadar kebanggaan sosial atau investasi ekonomi. Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”
(QS. At-Tahrim: 6)

Ayat ini menegaskan bahwa tanggung jawab utama orang tua bukan hanya memberi makan dan pendidikan formal, tetapi menjaga keselamatan akhirat anak-anak mereka. Rasulullah ﷺ juga bersabda:

“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ini berarti, keberhasilan atau kegagalan anak dalam mengenal dan menjalani agama sangat bergantung pada bimbingan orang tuanya.

Arti Hijrah dalam Pola Asuh

Hijrah berarti berpindah dari sesuatu yang buruk menuju sesuatu yang lebih baik. Dalam konteks mendidik anak, hijrah bisa berarti:

  1. Dari pola asuh otoriter menjadi dialogis dan penuh kasih sayang.
  2. Dari ketidaktahuan menjadi belajar dan mengupgrade ilmu parenting Islami.
  3. Dari membebaskan anak bermain Gadget tanpa kontrol menjadi mengarahkan mereka pada konten yang bernilai.

Hijrah ini bukan semata-mata mengganti metode, tapi lebih dalam lagi: mengubah niat, visi, dan orientasi hidup kita sebagai orang tua. Bahwa tujuan utama mendidik anak bukan hanya agar mereka sukses di dunia, tetapi agar mereka selamat di akhirat.

Realitas Hari Ini: Saatnya Kita Khawatir

Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan berbagai lembaga menyebutkan bahwa banyak anak mengalami kekerasan baik fisik, verbal, maupun digital yang dilakukan oleh orang-orang terdekat, bahkan orang tua sendiri. Ditambah dengan paparan media sosial yang tidak terfilter, anak-anak hari ini berada dalam pusaran krisis nilai.

Fenomena orang tua yang lebih sibuk dengan ponsel daripada anaknya, orang tua yang menyerahkan pendidikan agama sepenuhnya kepada sekolah, atau bahkan tidak pernah mengajak anak salat dan mengaji, adalah potret suram yang nyata di banyak keluarga. Maka, jika ada yang perlu dibenahi pertama kali di Hari Anak Nasional, bukan anaknya, tapi orang tuanya.

Mendidik Anak dengan Nilai-nilai Qurani

Islam memiliki warisan luar biasa dalam mendidik anak. Dari Al-Qur’an dan hadits, kita bisa meneladani pola pengasuhan para nabi dan orang shalih.

1. Pendidikan Tauhid

Luqman al-Hakim memulai nasihatnya kepada anak dengan mengajarkan tauhid:

“Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah. Sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang besar.”
(QS. Luqman: 13)

Ini menunjukkan bahwa fondasi pendidikan Islam dimulai dari membangun kesadaran bahwa Allah-lah satu-satunya yang patut disembah, ditakuti, dan dicintai.

2. Pendidikan Akhlak

Islam sangat menekankan akhlak, bahkan sebelum ilmu. Rasulullah bersabda:

“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat selain akhlak yang baik.”
(HR. Abu Dawud)

Mendidik anak menjadi pribadi yang jujur, sopan, penyayang, dan bertanggung jawab harus menjadi fokus utama dalam pola asuh kita.

3. Pendidikan dengan Teladan

Anak lebih mudah meniru daripada disuruh. Jika orang tua rajin salat, membaca Al-Qur’an, berlemah lembut, anak akan merekam itu sebagai pola dasar dalam hidupnya. Sebaliknya, jika orang tua keras, sering berkata kasar, atau lalai beribadah, maka anak pun akan mengikuti.

Langkah Nyata Hijrah dalam Mendidik

Berikut ini beberapa bentuk “hijrah” yang bisa dilakukan oleh orang tua di Hari Anak Nasional ini:

1. Hijrah dari Ketidaktahuan ke Ilmu
  • Luangkan waktu belajar parenting Islami.
  • Ikuti kajian keluarga, baca buku, atau ikut kelas online tentang tarbiyah anak.
2. Hijrah dari Emosi ke Kesabaran
  • Latih diri untuk tidak membentak, tidak main tangan.
  • Ganti kata-kata kasar dengan nasihat yang lembut dan do’a yang tulus.
3. Hijrah dari Gadget ke Kedekatan Emosional
  • Jadwalkan waktu khusus untuk ngobrol, bermain, dan belajar bersama anak setiap hari.
  • Gunakan teknologi sebagai alat edukasi, bukan pengganti peran orang tua.
4. Hijrah dari Duniawi ke Akhirat
  • Ajarkan anak tentang niat yang benar, shalat tepat waktu, berbuat baik kepada sesama.
  • Bangun kesadaran akhirat sejak dini, agar anak tumbuh sebagai pribadi yang memiliki orientasi ibadah.

Refleksi: Siapa yang Sebenarnya Perlu Dididik?

Mendidik anak sering kali menjadi proses mendidik diri sendiri. Dalam upaya membimbing mereka, kita justru dipaksa untuk memperbaiki akhlak kita, memperbaiki ibadah kita, memperbaiki ucapan dan sikap kita. Maka, Hari Anak Nasional sejatinya juga adalah Hari Muhasabah Nasional bagi para orang tua.

Generasi Rabbani Lahir dari Orang Tua yang Mau Hijrah

Allah tidak memerintahkan kita untuk memiliki anak yang pintar secara akademik, tetapi yang taat kepada-Nya. Allah tidak membebani kita agar anak masuk universitas ternama, tapi agar mereka menjadi hamba yang bersyukur dan taat.

Maka di Hari Anak Nasional ini, mari kita berhijrah dalam cara kita mendidik. Dari sekadar menjadi orang tua “penyedia kebutuhan”, menjadi orang tua “penunjuk jalan ke surga”. Mari kita ubah niat, ubah cara, dan ubah diri, agar anak-anak kita bisa tumbuh sebagai generasi robbani—generasi yang mengenal Tuhannya, mencintai agamanya, dan menyayangi sesamanya.

“Ya Allah, karuniakanlah kepada kami pasangan hidup dan keturunan sebagai penyejuk hati (qurrota a’yun), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Furqan: 74)

Bagikan Post ini
Buka WhatsApp
1
Butuh bantuan?
Nispi
assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh 👋
Apa ada yang bisa kami bantu?