Mengapa Banyak Orang Gagal Konsisten di Ramadhan? Ini Akar Masalahnya!

Konsisten di bulan Ramadhan adalah harapan banyak orang, namun di sisi yang lain ia juga merupakan tantangan yang berulang tiap tahunnya. Di awal Ramadhan, semangat ibadah masih terasa. Sholat tepat waktu lebih terjaga, al-qur’an dibaca setiap hari dan setiap saat, sholat sunnah setiap hari dan amal ibadah harian lainnya yang dapat dikerjakan sesuai dengan targetnya. Pada kondisi ini, Ramadhan seakan memberikan energi baru untuk kita menjadikan diri lebih baik.

Tetapi begitu memasuki pertengahan bulan, semuanya mulai terasa berat. Rasa lelah yang menumpuk, rutinitas dunia yang semakin banyak, dan ibadah yang dulunya terasa ringan perlahan berubah menjadi beban. Sehingga pada kondisi ini, banyak dari kita merasa gagal dan menyalahkan diri sendiri. 

Mengapa rasanya sulit sekali untuk konsisten? Dan mengapa terus berulang saat Ramadhan?

Pertanyaan ini mengajak kita untuk berfikir sejenak, merenung, dan menggali lebih dalam akar masalah dibalik sulitnya menjaga konsistensi, serta memahami bahwa kegagalan bukan semata soal kurangnya kemauan, tapi mungkin dari sesuatu yang lebih mendasar dalam pola hidup kita.

Semangat Tinggi di Awal Ramadhan, Menurun di Tengah Jalan

Semangat beribadah di bulan Ramadhan sebenarnya adalah hal yang positif. Di mana masjid menjadi penuh, target khatam Al-Qur’an disusun rapi, jadwal ibadah dibuat dengan penuh semangat, dan niat untuk memperbaiki diri terasa sangat kuat. Namun itu semua seringnya hanya terjadi di hari-hari pertama Ramadhan. Begitu memasuki pertengahan Ramadhan, semangat mulai menurun, ibadah tidak lagi terasa ringan, dan rutinitas lama mulai mengambil alih. Pada akhirnya hanya segelintir orang yang mampu bertahan di sepuluh hari terakhir dengan ibadah yang konsisten.

Sayangnya banyak orang yang menyalahkan diri sendiri, merasa turunnya semangat dalam ibadah karena lemahnya iman, atau bahkan sampai merasa tidak layak menjadi hamba yang baik. Padahal masalah utamanya seringkali bukan hanya pada niat, melainkan pada cara kita ketika mempersiapkan dan menjalani Ramadhan itu sendiri.

Akar Masalah di Balik Gagalnya Konsistensi

Salah satu akar masalah yang terbesar adalah ekspektasi yang terlalu tinggi di awal. Dimana seringnya kita membuat target ibadah yang melampaui kebiasaan harian. Dari yang biasanya jarang tilawah, tiba-tiba menargetkan satu juz per hari. Dari yang jarang shalat malam, langsung menargetkan tahajud setiap malam. Semangat ini memang baik, namun jika tidak realistis, ia justru menjadi beban.

Masalah berikutnya ialah mengandalkan motivasi, bukan sistem. Karena motivasi itu sifatnya fluktuatif (naik turun), naik di awal dan menurun seiring lelahnya fisik dan mental. Ketika ibadah hanya bertumpu pada rasa semangat, maka konsistensi dalam beribadah tidak akan kokoh. Begitu lelah datang, ibadah pun jadi mudah ditinggalkan.

Selain itu, banyak dari kita yang tidak memperbaiki pola hidupnya, tetapi berharap perubahan besar dalam kualitas ibadahnya. Pola tidur yang berantakan karena sering tidur larut, waktu banyak dibuang untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, konsumsi berlebihan saat berbuka sampai perut terlalu kenyang dan akibatnya tubuh mudah lelah.

Baca Juga: Mengurangi Distraksi Digital Saat Ramadhan

Berhenti Menyalahkan Diri, Mulai Memperbaiki Strategi

Menurunnya semangat di pertengahan Ramadhan bukanlah tanda kegagalan iman. Itu adalah tanda bahwa strategi kita perlu dievaluasi karena ibadah bukan soal seberapa besar target yang kita pasang, tetapi seberapa konsisten kita mampu menjalaninya. Di bulan Ramadhan, kita bisa memanfaatkan momen ini untuk memulai kebiasaan yang baik. 

Perlu kita ketahui, bahwa belum berhasil dalam menjaga konsistensi bukan berarti kita tidak layak mendapatkan Rahmat Allah. Justru sebaliknya, jadikan ini sebagai introspeksi diri bahwa mungkin cara kita dalam mendekat pada Allah yang perlu diperbaiki. 

Terdapat doa yang bisa kita ucapkan bahkan jauh sebelum Ramadhan datang.

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Latin :

Allahumma baarik lanaa fii Rajab wa Sya’ban wa ballignaa Ramadhaan

Artinya: 

“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan perjumpakanlah kami dengan bulan Ramadhan”

Strategi lain yang bisa kita gunakan ialah. Memulainya dari sekarang.

Latihan di bulan Rajab, maksimalkan selama sya’ban, dan ketika Ramadhan datang kita sudah dalam kondisi yang siap untuk memetik buah dari kebiasaan yang sudah kita bangun 2 bulan sebelumnya. Sehingga in syaa Allah ibadah menjadi ringan sebab kita sudah terbiasa.

Tips Praktis Agar Ramadhan Lebih Istiqamah dan Bermakna

  1. Pertama, mulailah dengan target yang cukup bagi kita. Maksudnya? Kalau kita terbiasa membaca Al-Qur’an satu halaman dalam sehari maka bisa kita targetkan untuk menambahnya menjadi 2 atau 3 halaman dalam sehari dan konsisten. Jangan sampai kita membandingkan diri kita dengan orang lain. Cukup bandingkan diri kita yang dulu saat sebelum Ramadhan.
  2. Kedua, buatlah sistem yang sederhana dan fleksibel. Tetapkan waktu-waktu khusus untuk ibadah utama. Misalnya membaca Al-Qur’an satu halaman setiap habis subuh dan sebelum tidur. Atau shalat dhuha 2 rakaat setiap jam 9 pagi. Dengan waktu yang tetap, ibadah tidak lagi bergantung pada mood, dan berusahalah untuk melawan rasa malas dan disiplin dengan target waktu yang telah ditetapkan.
  3. Ketiga, jaga energi sebagai baian dari ibadah. Tidurlah yang cukup, makan dengan porsi yang wajar dan berhenti sebelum kenyang, kurangi aktivitas yang tidak perlu dan sia-sia. In syaa Allah dengan tubuh yang terjaga akan memudahkan ibadah menjadi khusyu’.
  4. Keempat, fokus pada kualitas bukan sekedar kuantitas. Bacaan yang sedikit tapi difahami dan diresapi lebih berdampak daripada bacaan panjang tanpa menghadirkan hati. Misalnya, cukup baca satu halaman setiap subuh ditambah membaca terjemahan dari ayat Al-Qur’an tersebut, hadirkan hati kita dan bayangkan lewat membaca terjemahan Al-Qur’an kita sedang berdialog dengan Allah. 
  5. Kelima, beri ruang untuk evaluasi diri. Jika suatu hari ibadah menurun, jangan langsung menyerah. Berikan waktu untuk diri sendiri memperbaiki target-target yang sudah kita tetapkan. 

Konsistensi bukanlah lahir dari tekanan, tapi dari pemahaman dan strategi yang tepat. Berhenti menyalahkan diri sendiri dan mulailah memperbaiki diri. Semoga Ramadhan berikutnya bisa kita isi dengan langkah-langkah kecil yang konsisten dan penuh kesadaran.





Bagikan Post ini
Buka WhatsApp
1
Butuh bantuan?
Nispi
assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh 👋
Apa ada yang bisa kami bantu?