Mendidik anak agar cinta Ramadhan merupakan tugas penting bagi setiap orangtua muslim. Sebab bulan Ramadhan bukan hanya tentang berpuasa tapi juga tentang pembentukan karakter dan kebiasaan baik anak anak sejak dini. Dengan kebiasaan sederhana yang dilakukan konsisten, orangtua bisa melakukan pendekatan spiritual anak-anak terhadap Ramadhan. Melalui pendekatan yang tepat pula, Ramadhan tidak akan terasa berat bagi anak-anak tetapi justru menjadi momen yang mereka tunggu-tunggu tiap tahunnya.
Selain itu, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa kecintaan terhadap ibadah tidak tumbuh tiba-tiba, tapi ia membutuhkan proses bertahap. Mulai dari rutinitas yang sederhana disertai dengan kesabaran agar anak dapat tumbuh dengan pemahaman bahwa ibadah adalah bagian dari keseharian.
Tips Praktis Agar Anak Jatuh Cinta pada Ramadhan sejak Usia Dini
Hal yang perlu disadari bagi setiap orang tua ialah untuk menumbuhkan rasa cinta anak terhadap ibadah di bulan Ramadhan khususnya tidak bisa terjadi dalam semalam. Sebab rasa cinta dalam beribadah itu lahir dari teladan orang tua, kebiasaan yang baik, serta pengalaman positif. Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan setiap hari di rumah:
1. Ciptakan suasana Ramadhan yang menyenangkan
Ciptakanlah suasana rumah yang hangat, suasana yang membuat mereka merasa aman dan bahagia didalamnya. Sehingga anak akan merasakan Ramadhan menjadi sesuatu yang dinanti-nanti. Misalnya; dengan menghias rumah dengan dekorasi sederhana bertemakan Ramadhan atau dengan memutar nasyid, shalawat, dan atau lantunan ayat suci Al-Qur’an.
2. Memberikan teladan yang positif
Anak anak dapat dengan mudah meniru apa yang ia lihat dan dengar, maka dari itu berikanlah contoh dan teladan yang baik bagi anak-anak. Khususnya kita sebagai orang tua, kebiasaan dan perlakuan yang kita tunjukkan ke anak-anak akan melekat kuat dalam ingatannya. Beberapa contohnya adalah dengan menunjukkan kesabaran dan perkataan yang lembut serta menjadikan shalat, tilawah, dan sedekah sebagai rutinitas harian yang bisa anak-anak lihat.
3. Melibatkan anak dalam persiapan Ramadhan
Ajaklah anak-anak untuk membantu mempersiapkan datangnya Ramadhan, seperti membuat celengan Ramadhan bersama, membuat daftar menu sahur dan berbuka, serta menyiapkan perlengkapan shalat.
4. Bangun kebiasaan beribadah secara bertahap
Mulai dari hal yang sederhana dan dilakukan secara konsisten, misalnya dengan latihan berpuasa setengah hari, mengenalkan doa-doa pendek sebelum sahur dan berbuka, dan mengajak anak untuk ikut tarawih ke masjid.
5. Sampaikan makna Ramadhan dengan bahasa yang anak fahami
Penting bagi orangtua untuk menjelaskan kepada anak tentang aturan-aturan yang diberikan, pemahaman yang mudah difahami dan yang membuat anak mengerti alasan mengapa mereka ibadah.
6. Konsisten melakukan kebiasaan di luar Ramadhan
Agar kebiasaan yang baik di bulan Ramadhan tidak hilang begitu saja, tetapkanlah target target sederhana tapi dilakukan secara konsisten. Misalnya, tetap tilawah satu halaman satu hari setelah Ramadhan dan menjaga rutinitas sholat tepat waktu.
Baca Juga: Persiapan Ramadhan Lebih Dekat Dengan Alquran
Langkah Pembiasaan Sederhana yang Cocok untuk Keluarga Modern
- Mulai dengan rutinitas pagi yang sederhana; memutar murattal atau nasyid bertema Ramadhan saat memulai hari, mengajak anak untuk membaca doa-doa pendek sebelum memulai beraktivitas; berilah afirmasi positif misalnya “Hari ini kita coba lebih sabar karena Ramadhan sudah dekat, ya?”
- Membaca satu halaman Al-Qur’an sebelum tidur, jika sekiranya anak merasa kelelahan maka diganti dengan mendengarkan murattal saja kurang lebih 5 menit.
- Buatlah “Ramadhan Corner” yang minimalis, meletakkan mushaf dan buku cerita seputar Ramadhan, menyediakan kotak sedekah kecil, memberikan ornamen lampu hias untuk mempercantik.
- “Good deeds Challenge” harian untuk anak. Karena anak menyukai tantangan dan mendapatkan penghargaan atas pencapaiannya dan membuat ia lebih semangat dalam mengumpulkan poin, bintang, atau lencana. Salah satu caranya, buatlah tantangan kebaikan 1 hari 1 aksi (merapikan tempat tidur, senyum pada 3 orang, berbagi makanan ringan, tidak marah selama 1 jam), kemudian ketika anak-anak berhasil melakukannya berikan ia tanda bintang.
- Beri contoh emosi yang stabil, bicaralah dengan lembut pada anak, terapkan “berhenti sejenak 5 detik” sebelum menegur, hindari marah ketika mereka sulit bangun agar anak mengingat Ramadhan dengan kehangatan bukan tekanan.
Cinta dalam Beribadah itu Dipupuk, Bukan Muncul Tiba-tiba
Tidak sedikit orangtua yang berharap anaknya langsung semangat dalam ibadah, namun nyatanya ini tidak bisa muncul dalam sekejap. Ia tumbuh perlahan dari rutinitas sederhana yang berulang kali dilakukan setiap hari. Maka bersabarlah dalam prosesnya ya ayah/bunda.
- Tanamkan mindset proses, bukan hasil. Orang tua harus memahami bahwa anak belajar ibadah seperti layaknya mereka belajar berjalan. Perlahan, bertahap, sering terjatuh, tapi terdapat progress yang terus meningkat tiap harinya
- Gunakan analogi dalam menjelaskan sesuatu dan membuat anak lebih mudah dalam memahami. Seperti, mengibaratkan cinta layaknya menanam pohon, yang berarti tidak tumbuh dalam sehari. Ia harus disiram, dirawat, diperhatikan detailnya apakah ada hama yang hinggap, dibersihkan, barulah kemudian pohon itu bisa tumbuh dengan sehat.
- Jangan mengabaikan konsistensi orangtua, karena apabila orangtua konsisten maka anak akan ikut konsisten. Anak tidak bisa dibiasakan shalat jika orang tua tidak shalat, dan mereka tidak bisa mencintai Al-Quran apabila orangtuanya jarang membaca Al-Quran.
- Edukasi anak bahwa ibadah bukan hanya aktivitas, melainkan nilai apa yang didapatkan. Ini bisa dilakukan dengan cara mengajarkan makna ibadah dengan bahasa anak, tunjukkan sisi yang menyenangkan misalnya dengan bersedekah bisa membuat orang lain bahagia, dengan berdoa membuat hubungan kita lebih dekat dengan Allah, dan dengan berpuasa bisa melatih kesabaran dalam menunggu waktu berbuka.
- Gunakan kalimat penguat agar anak dan orangtua dapat memahami proses bersama, misalnya seperti:
“Tidak apa apa sedikit, yang penting rutin.”
“Kita belajar pelan-pelan, ya?”
“Allah sayang dengan anak yang mau berusaha”
“Kalau capek istirahat dulu aja, nanti kita coba lagi. Ya?”





